Kampanye
dan Voting Behaviour
·
Kampanye adalah usaha
terorganisasi untuk mencari atau mempengaruhi keputusan suatu kelompok dalam
rangka behaviour voting dalam rangka mendapat kekuasaan.
·
Permanen compaign (1980) dilakukan
setela selesai pemilu, tidak sepesifik, berasumsi kebijakan merupakan produk
kekuasaan untuk mempengaruhi masyarakt sehingga tercipta support, permanen compaign
dilakukan sepanjang masa, karena compaign mendukung proses kekuasaan sehingga
tercipta legilitimasi rakyat. Disamping itu, juga mampu menimbulkan interaksi
kuat antara repsentative (para wakil) dengan repsented (pemimpin) sehingga bisa
bekerjasama dalam menjalankan pemeritahan. Jadi dengan demikian, compaign
ibarat pasar sebab didalamnya terdapat produk yang dijajakan sehingga
parpol2/para pemimpin harus siap menjajakan produknya yang terbaik sehingga
tercipta proses tawar menawar dan akhirnya produk tersebut dapat diterima public. Hal ini berbeda dengan
compaign dini yang bersifat persuasive untuk mendapat kekuasaan
·
Compaign memerlukan waktu
tersendiri, di Indonesia masa kampanye hanya 3 minggu, kemudian hal ini
dikritik dengan asumsi supaya ada interaksi antara pemilih dengan yang dipilih
sehingga tercipta pemilu rasional (pemilih banyak memiliki informsasi sehingga
bisa menentukan pilihan dengan baik)
·
Definisi kampanye
beranekaragam, maka dari itu diperlukan batasan-batasan tentang definisi
tersebur. Adapun batasan tersebut berhubungan dengan:
- Kapan terjadinya pemilu, sehigga orang bisa mengetahui day untuk datang ke bilik suara dan mengeluarkan hak pilihnya
- Kandidat/peserta pemilu. Kandidat berusaha meluangkan waktunya supaya paratinya terpilih
- Tindakan yang awlanya tidak teratur menjadi tertentu
·
Dalam kampanye sebenarnya
dilarang melakukan penggalangan dana, dan siapa yang menjadi pihak penyumbang
harus dicatat tanpa peduli besarnya sumbangan tersebut. Dan anggaran terbesar
berasal dari Negara ex: eropa namun di As sumbangan terbesar berasala dari
swasta. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarya sumbangan:
- Ketertarikan
- Influence/kepentingan
·
Bentuk kampanye : iklan di
TV, radio (instrument aktif kampanye tempo dulu),pamphlet, internet.
·
Kampanye Indonesia lebih
menonjolkan hiburan-hiburan atau lebih simbolis (dangdutan,dsb), hal ini sangat
berbeda denga kampanye amerika yang lebih menonjolkan dialog mengenai
fakta-fakta social.
·
Otoritas Negatif kampanye dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan ekplorasi negative dari kebijakan partai lain
dengan melihat sisi negative partai lain. Namun untuk memperkuat otoritas ini
harus didasarkan pada fakta sebab untuk lebih menyakinkan public dan apabila
tidak didasarkan pada fakta maka hal ini bisa dijadikan timbale balik bagi
partai yang melakukannya.
Ex: Oboma Vs Hillary, yang waktu itu obama menggunakan
surban. Hillary kemudian melihat
ini dan menggunakan otoritas negative dengan menuduh Obama sebagai anggota dari
teroris.
·
Setelah
ada perdebatan diantara cendikiawan politik ternyata dihasilakn consensus bahwa
Kampanye memiliki efek walaupun minimal yaitu bisa menjadi instrument persuasi
bagi orang yang bisa menentukan pilihannya sehingga bisa merangsang orang
tersebut untuk ikut pemilu dan bisa mengurangi golput.
·
Salah
satu efek kampanye yang popular adalah Refonmacing Efect (memperkuat pilihan
seseorang). Dalam hal ini pemilih diasumsikan sudah memiliki refensi, maka dari
itu kampanye diharapkan dapat memperkuat referensi tersebut.
Ex; anak yang megikuti jejak orang tua dalam pemilu.
·
Namun yang menjadi
pertanyaan adalah sejauh mana kampanye mampu menimbuklan refonmacing, Indikator
yang bisa diukur untuk mengetahui hal tersebut adalah:
- Pandangan dari ahli politik yang menggunakan perpeksif psikologi.
Argumen : efek kampanye akan mengikat pada individu yang
memperoleh efek pemilu sehingga refonmacing terjadi, sebab individu tersebut
menggunakan informasi awal yang dimiliki dan dikaitkan dengan informasi baru
untuk saling menguatkan.
- Pandangan ahli politik yang menggunakan perpektif ekonomi.
Argumen: Individu memiliki pilihan rasioanal, sehingga
private informasi jadi sangat penting dan juru kampanye dianggap tidak seberapa
penting sehingga untuk mengakss iformasi harus berusaha sendiri. Individu
ignore dengan kampanye.
- Dalam prosesnya, kampanye harus mengandung intended porpose (tujuan kampanye) yang juga merupakan tahapan kampanye yang baik, yang terdiri dari:
1. Kongnitif,
dalam tahap ini kampanye harus bisa mempromosikan dirinya pada public yang disertai
dengan pemaran inovasi-inovasi yang dimilkinya supaya mampu menarik simpati
public
2. Awarness/sikap,
Tahap ini kampanye bertujuan untuk mempengaruhi sikap dari public sehingga
nantinya bisa menyumbangkan suaranya untuk partainya.
3. Prilaku,
tahap ini merupakan tahap terakhir yang merupakan inti dari tujuan kampanye
yaitu untuk mempengaruhi prilaku memilih sehingga dapat dipastikan public
mencoblos partainya.
- Namun pada prakteknya banyak partai yang mengadakan kampanye tanpa melalui tahapan-tahapan tersebut khususnya mengabaikan aspek kongnitif sehingga terkesan kampanye tidak ada bedanya dengan iklan. Memang pada dasarnya kampanye dan iklan memilki kesamaan keduanya sama2 bersifat persuasive (mempengaruhi). Tetapi kampanye disamping itu seharusnya bisa memberikan inovasi pada public jadi tidak langsung menembak pada aspek prilaku memilih.
- Kampanye merupakan hal penting karena berhubungan dengan aspek prilaku memilih (voting behavoiour). Dalam kontek ini voting behaviour dalam prosesnya dibagi menjadi dua:
1. Proses
short term : Prilaku memilih yang dipengaruh
oleh bacround sosialisasi seseorang tanpa melewati masa kampanye sehingga
mereka langsung bisa menentukan pilihan walaupun tidak terpengaruh oleh
bacround kampanye. Biasanya proses ini dilakukan oleh pemilih pemula.
2. Proses
long term: Prilaku memilih yang melalui dan dipengaruhi oleh masa kampanye. Biasanya
proses ini bisa menimbulkan pemilih spilt
(pemerilih yang bergantiganti option dalam prilaku memilihnya), karena
ketika orang melalaui tahap kampanye akan mempengaruhi loyalitas (kesetian)
memilih. Beda: sosialisasi dilakukan oleh : parpol, agama dsb. Asumsi:pemilih
pengalaman yang sudah sudah sering melihat kampanye dengan peltform2na
- Dalam Votiting behaviour, sebenarnya dasar pertama kali yang mempengaruhi prilaku memilih seseorang adalah keberhasilan sosialisasi bukan kampanye, hal ini dikarenakan seseorang menentukan pilihan didasarkan pada apa yang dianggap benar olehnya dan kepercayaan tersebut hanya bisa diperoleh dari sosilaisasi. Maka dari itu banyak partai politik yang memperbutkan agen-agen social untuk mempengaruhi public, karena agen-agen tersebut mampu menimbulkan rasa believe seseorang. Dalam hal ini, parpol sudah tidak yakin bahwa kampanye bukan merupakan cara yang efisien dan efektif dalam mempengaruhi prilaku memilih. Cara lain yang dilakukan parpol untuk mempengaruhi prilaku memilih adalah dengan membidik para kaum mudah dengan memwadahinya dalam suatu organisasi seperti badan pemuda. Karena mereka yakin pemuda adalah insipator utama yang dapat mengangakat parpolnya ke arah yang baik. Namun dalam hal ini, parpol harus bisa mempelajari bentuk-bentuk ideal dalam masyarakat. Dalam kanpenye politik secara konseptual harus juga memperhatikan hal-hal berikut:
- komposisi
penduduk
- segresi
masyarakat
- Sejarah Indonesia khususnya pada zaman orde lama (Soeharto) pernah melakukan apolitik dalam mempengaruhi voting behaviour public, melalui partainya Golkar soeharto membuat masa mengambang, artinya pada saat itu public dibodohkan dengan membutakan/mentulikan public terhadap informasi mengenai politik sehinga berkelanjutan menimbulkan apolitik (meskipun pada dasarnya public care terhadap politik namun secara stuktural mereka tidak diberi informasi yang cukup). Namyn Di lain sisi informasi yang ditionjolkan hanya partai Golkar saja sehingga public hanya kenal terhadap partai ini sehingga hal ini mempengaruhi voting behavior public dan tak heran pada saat itu bila dalam pemilu partai ini selalu menang .
- Peran media dalam voting behviour:
- Proses voting behviour merupakan proses yang menyangkut proses individual,
- Kampanye memerlukan suatu media untuk melakukan promosi, maka dari itu seharusnya ada peraturan yang mengikat dan mengatur segala urusan yang dibutuhkan kampanye di media. Di Indonesia belum ada aturan yang mengatur biaya kampanye dalam media, pada tahun 2004 kemarin partai yang rela mengeluarkan biaya terbesar dalam kampanye di media adalah P3 dengan biaya 248 Milyar. Hal ini wajar mengigat biaya untuk promosi di media juga mahal, misalnya pada media cetak (Koran Kompas percm dihitung 85 ribu) sedangkan media elektronik (TV (trant TV)perseconda 1,75jt). Perbedaan harga antara media cetak dan elektonik ditentukan oleh jarak jangkau ke duanya, dimana jarak jangkau Tv jauh lebih luas.
- Dalam hal voting behaviour media mempunyai peranan yang besar, hal ini tercantum dalam teori komunikasi yang menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan yang besar, adapun teori tersebut adalah:
- Teori bullet, yang menyatakn bahwa media seperti pistol, teori ini berasumsi bahwa pesan yang disampaikan oleh media seperti tembakan yang langsung mengena pada otak/kepala public sehinga dengan mudahnya public akan terpengaruh.
- Teori Hypodemik yang mengandiakan media sepeti jarum suntik, teori ini berasumsi bahwa pesan media seperti suntikan pada seseorang yang sedang sakit dengan adanya suntikan tersebut berlahan-lahan sakti tersebut akan sembuh.
Kedua
teori ini berasumsi bahwa media memeiliki power yang besar untuk mempengaruhi
individu sampai pada prilaku memilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar