Bismillahirrahmanirrahim......Selamat Datang...Semoga Allah Memberkati :)

Kamis, 23 Februari 2012

Sedikit tentang kepemimpinan :)


          Semua organisasi pastilah tidak terlepas dari apa yang dinamakan kepimpinan Kepemimpinan ini sebenarnya mengandung 2 konsep sekaligus, yaitu pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin lebih mengarah pada subjek dari suatu kepemimpinan sedangkan kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi.  Dalam hal ini, kadang-kadang banyak orang yang beranggapan bahwa pemimpin dan seorang manager adalah dua hal sama, padahal dua hal tersebut merupakan sesuatu yang berbeda, meskipun pada dasarnya seorang pemimpin dan manager sama-sama mempunyai kekuatan yang kuat untuk mempengaruhi suatu keputusan. Namun, antara manager dan pemimpin mempunyai cara dan prioritas yang berbeda dalam kepimpinannya. Pemimpin atau leader dituntut harus melakukan yang benar dan diharuskan berorientasi pada efekivitas atau berhasil guna sehingga pemimpin lebih menekankan pada outuput yang dihasilkan dengan apa yang terjadi sedangkan manager lebih menekankan dengan melakukan dengan cara yang benar dan lebih memperioritaskan efisiensi dari pada efektivitas sehingga dalam benak manager lebih menekankan bagaimana mendapat output yang besar dengan input yang kecil..  Kepemimpinan  itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengambil suatu keputusan untuk memperangaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini,  Kepemimpinan berhubungan erat dengan teknologi informasi yang menjadi dasar pemrosesan data menjadi informasi yang relevan dan akurat untuk  pengambilan keputusan.  Seseorang pemimpin dalam kepemimpinannya pastilah akan menemui masalah, masalah merupakan konflik yang membutuhkan manajemen yang baik sehingga menghasilkan output yang berkualitas. Adapun problemnya adalah :
1.        Lingkungan yang dinamis, menuntut pemimpin peka terhadap perubahan tersebut  sehingga menjadi referensi dalam  dalam mengambil keputusan.
2.        Adanya perubahan system yang ditandai:
a. demokrasi representatif ke demokrasi langsung, konsekuensi logis dari hal ini adalah para pemimpin leboh berorientasi kebawah (masyarakat), masyarakat dianggap sesuatu yang berharga dimana diberikan kesempatan yang luas untuk menyalurkan opini dan kesempatan untuk menjadi pemimpin lebih luas,
b. konsep nasional menjadi konsep global
c. sistem hierarki menjadi sistem Networking ( Jonh Naisbit).

        Terbentuknya jiwa kepemimpinan dalam diri seseorang sebenarnya bisa diciptakan. Setiap individu di dunia ini memiliki kemmpuan untuk menjadi pemimpin tetapi tidak semua orang mampu menjadi seorang pemimpin. Kepimpinan bisa diciptakan melalaui Learning leadership, seorang pemimpin pun juga belum tentu mampu melaksanakan kepemimpinanya dengan baik, maka dari itu juga diperlukan develop personal leadership. Seorang pemimpin harus mampu Memahami Konsep Leadership Dan Management untuk mencapai Keberhasilan Yang Berkaitan Dengan Keduanya. Seorang pemimpin juga harus  mampu mengeidentifikasi tanggung jawab dan perannya dengan baik, sehingga idenya dapat diterima dan membentuk realitas linkungan lebih yang baik. Pemimpin harus mampu membangun persepsi bawahan untuk kearah yang lebih baik. Singkat kata, Seorang pemimpin dituntut menciptakan lingkungan yang menstimulir orang untuk mencapai sasaran bersama.  Maka dari itu tugas leadership menyangkut beberapa hal di bawah ini, yaitu :
a.      mengembangkan kepemimpinan pribadi
b.       memimpin dengan berkomunikasi
c.        mengenali potensi manusia.
d.      membangun kerja sama.
e.      membuat keputusan
f.         mengelolah konflik dan perubahan
Kedibilitas yang merupakan kemampuan dalam membangkitkan rasa kepercayaan juga menjadi point penting dan harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena kredibilitas refleksi dari kualitas diri seorang pemimpin yang dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan. Maka dari itu para peniliti di Amerika menjelaskan bahwa ada  3 karakteristik kredebililitas yang mampu mempengaruhi massa besar yang disebut dengan kredibilitas universal, yang meliputi:
1.      Kejujuran. Kejujuran harus dimiliki oleh seorang pemimpin, bahkan ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa kejujuran merupakan kunci keberhasilan. Dalam masyarakat rasional sekarang ini, kejujuran sangat mahal ditengah maraknya power reward (kekuatan uang) yang banyak digunakan oleh para pemimpin untuk mempengaruhi massanya terutama dalam dunia politik. Maka dari itu seharusnya para politikus2 tersebut harus bisa membangun dirinya sebagai mesin kredibilitas bukan mesin politik.
2.      Keberanian. Seorang pemimpin harus berani mengambil sikap dan mempertahankan sikap itu walaupun ancaman dan rintangan menghadang asalkan demi kepentingan bawahannya.
3.      Kreatifitas. Ditengah perubahan zaman yang tidak dapat diprediksikan ini, kreatifitas merupakan point penting dalam memyuguhkan inovasi demi keberlangsungan hidup organisasi/negara.

 Amate etzione seorang italian yang merupakan sosiologi organisasi menerangkan bahwa dalam menduduki kepemimpinan seorang pemimpin memiliki dua power yaitu:
1.      Impersonal power atau power keteladanan (referent power). Dengan memiliki keteladan tersebut para pemimpin mendapatkan dukungan besar dari para bawahannya, hal ini dikarenakan para bawahan tersebut berasumsi bahwa keteladanan refleksi dari kebaikan dan kemulian yang dapat membawa mereka pada perubahan positif, mereka juga menganggap keteladanan tidak dapat dibeli dan sangat mahal. Biasanya kekuatan ini muncul pada pemimpin yang memiliki karisma. Dengan Power ini pemimpin memiliki kekuatan ikatan yang kuat dengan bawahan. Biasanya power ini lebih banyak dimiliki oleh pemimpin-pemimpin informal seperti Kyai. Kyai merupakan tapal kuda kredebilitas yang banyak dikagumi dan disengani oleh massa sehingga apa yang menjadi tindakan dan perkataannya dengan mudah mendapatkan trust.
2.      Pozition Power. Pemimpin tidak mendapatkan dukungan dari bawahan tapi dukungan itu diperoleh dari kelompok-kelompok atas. Dalam konteks ini, pemimpin just diangap sebagai hand (kepala) yang menjalankan kepemimpinan bukan dikaui pemimpin. Tingkat formalistik pemimpin sangat sehingga power ini lebih sama dengan dengan power legelitimasi.

Dalam ha ini  berdasarkan terpilihnya kepemimpinan dibagi menjadi 2, yaitu :
a.        Kepemimpinan formal; pemimpin yang dipilih oleh sturktur organisasi ataupun lembaga-lembaga resmi lainnya sehingga apabila membuat suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh struktur tersebut. Misalnya : Rektor, Manager. Hubungannya lebih impersonal dan bersifat intruksi, jadi anak buah ketika diberi intruksi tidak memiliki option lain selain mematuhi dan menjalankankan sehingga pola hubungan yang tercipta  kaku dan karyawan hanya bisa mengerundul dibelakang tanpa punya keberanian untuk mengintrupsi. Partisipasi anak buah merupakan suatu kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan struktur.
b.        Kepemimpinan Informal : pemimpinan yang dipilih karena kepribadiaan yang dimilikinya seperti kharisma,jujur, dapat dipercaya, berpengalaman, cerdas, bijaksana dll. Misalnya: Kyai, tokoh masyarakt. Hubungan yang dipimpin dan yang dipimpin lebih lonngar dan lebih memungkinkan anak buah untuk berpartisipasi, hal ini dikarenakan pemimpin menganggap anak buah sebagai sesuatu yang berharga bukan seperti mesin.

Jadi berdasarkan klasifikasi kepemimpinan diatas, kepemimpinan bukan hanya dalam konteks struktur namun juga bisa lembaga-lemabaga non formal.  Pemimpin formal bisa jadi menduduki kursi kepmimpinan, namun bukan berarti di menjalankan fungsi kepemimpinan. Artinya pemimpin formal yang ditunjuk struktur beranggapan dia hanya bertanggungjawab terhadap strukur yang memilihnya tanpa menghiraukan kepentingan anak buah/karyawan sehingga partisipasi karyawan sangat sedikit dan hal ini tentunya akan menganggu/menghambat kerja sama antara keduanya yang akhirnya tujuan organisasi tidak akan tercapai. Apabila Hal ini terjadi maka fungsi kepemimpinan tidak berarti dimana kepempinan berfungsi menciptkan hubungan kerjasama untuk kegiatan yang terarah guna mencapai tujuan organisasi.   Namun meskipun demikian, tidak berarti seorang pemimpin harus selalu memperhatikan semua kepentingan karyawan, pemimpin harus tegas dan cerdas dalam memgambil keputusan mengenai prioritas kepentingan karyawan yang yang bisa memberikan manfaat bagi organisasi bukan kepentingan yang malah merugikan oragnisasi.
Suatu lingkungan ataupun lembaga dapat dikatakan berada dalam konteks kepemimpinan apabila memiliki unsur berikut ini:
1.   harus ada yang dipimpin
2.   harus ada yang memimpin
3.    harus ada kegiatan untuk mengerakkan orang lain dengan cara mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan yang dipimpin. Tersentuhnya Pikiran dan emosi seseorang yang dipimpin merupakan kunci utama yang harus ditembak oelh pemimpin untuk dapat menjalankan kepemimpinannya tekait dengan terlaksanya keputusan.
4.        Ada tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis ataupun sementara. Dalam kontek ini, tujuan yang dirumuskan dalam jangka waktu sementara biasanya merupakan konsekuensi logis dari adanya keputusan sistematis.
5.        Berlangsung dalam suatu lingkup baik organisasi ataupun luar organisasi secara gradual dan terus menerus.

              Ketika seseorang manjadi seorang pemimpin seharusnya ada prilaku yang diubah untuk mampu mempengaruhi pikiran,emosi seseorang yang dipimpin agar tercipta kerjasama yang harmonis yang berkosekuensi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Adapun prilaku tersebut adalah:
1.        Mulailah dengan pujian dan apresiasi yang tulus. Pada hakekatnya manusai ditakdiran dengan sifat arogant,totaliter,egois maka dari itu prilaku semacam ini sangat membantu mengurangi sifat2 tersebut apalagi orang yang memiliki sifat tersebut biasanya sangat sulit untuk memuji. Meskipun demikian sifat2 tersebut merupakan sifat yang harus tetap dimilki oleh seorang pemimpin tetapi tentunya disesuaikan dengan  keputusan yang akan diambil.
2.        Tunjuk kesalahan tidak langsung. Contoh kasus : kisah Husein dan hasan cucu Nabi Muhammad saw yang menegur seorang kakek2 yang salah melakukan wudhu’ dengan cara tidak seperti menggurui, merereka menggunakan caranya sendiri yaitu dengan bertengkar untuk memberitahukan kesalahan tersebut secara tidak tersirat.
3.        Akui kesalahan diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain
4.        Selamatkanlah muka orang lain
5.        Ajukan pertanyaan sebagai ganti pernyataan langsung
6.        Pujilah setiap kemajuan betapapun kecilnya
7.        beri reputasi tinggi untuk dicapai
8.        beri semangat untuk mempebaiki kesalahan orang lain
9.        Buatlah orang lain senang terhadap yang diusulkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar